Harapan Dimerdekakan dari Dosa
Misa hari Minggu, 18 Agustus 2024 dibuka dengan pidato Stevanus, salah satu Orang Muda Katolik (OMK). Ia berpidato di mimbar dengan judul “Generasi Muda Penerus Perjuangan Bangsa”, kemudian melanjutkannya dengan membacakan teks proklamasi.
Usai berpidato, lagu Hari Merdeka menyambut perarakan masuk dalam gereja. Bendera merah putih dan Vandel Gereja St. Paskalis serta Vandel Seksi Kepemudaan Gereja St. Paskalis berkibar dibawa oleh petugas dari OMK. Setelah semua lengkap berada di dalam gereja, semua menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Romo Thomas Ferry Suharto, OFM dalam pengantarnya ketika membuka misa mengajak umat untuk bersyukur dan bersukacita merayakan dua hari raya. “Hari ini kita bersyukur dan bersukacita. Ada dua perayaan besar yang kita rayakan hari ini. Dua-duanya sudah lewat sebenarnya. Yang pertama kita lihat dalam pakaian yang kita kenakan, hiasan kita hari ini mau merayakan Syukur atas kemerdekaan Indonesia yang ke-79 yang kita rayakan kemarin tanggal 17. Dan kalau kita sungguh-sungguh merdeka dan mengisi kemerdekaan sehingga mempunyai kemerdekaan yang sejati, maka kita mempunyai harapan untuk juga seperti Bunda Maria yang kita rayakan, dimerdekakan dari dosa naik ke Surga jiwa dan raganya yang kita rayakan pada tanggal 15 Agustus yang lalu juga.”
Setelah bacaan Injil yang dibacakan Romo Yohanes Epa Prasetya, OFM, Romo Ferry mengajak umat merefleksikan kemerdekaan dengan menonton drama persembahan OMK sebagai pengganti homili.
Drama ini mengisahkan tentang bagaimana seorang wanita yang ingin merdeka dari kekangan lingkungan sekitar. Seorang wanita tokoh utama dibenci teman-temannya. Mereka mencibir dan merendahkannya. Tetangganya juga sama, ikut membenci dengan tindakan yang menyakitkan dan mencibir. Di kantor, Bos melihat si wanita itu sebagai orang yang tidak becus bekerja. Ayahnya marah tidak mau menerima kenyataan bahwa anaknya diperlakukan tidak baik oleh masyarakat namun bukan membela tetapi justru ikut menyiksa.
Meski sudah memberi penjelasan, ayahnya tidak mau menerima. Tindakan ayahnya justru membuat luka semakin dalam. Hati si wanita sedih, air mata yang menetes tidak mampu menghentikan tindakan keras ayah terhadap dirinya.
Tinggal ibunya menjadi satu-satunya harapan yang membebaskan. Ia memeluk dan membela si wanita. Kasih ibu sepanjang masa.
Penggambaran tokoh utama yang dikekang ini diilustrasikan dengan setiap tokoh antagonis mengikatkan tali kepada tokoh utama sampai tokoh utama merasa sesak dan memberontak ingin lepas dan kemudian tali tersebut dilepaskan oleh sang ibu.
Selain pementasan drama, OMK juga mempersembahkan berbagai potongan tarian daerah diiringi musik perpaduan musik tradisional berbagai daerah dengan pop electro.
Usai misa, OMK membagikan es krim gratis kepada seluruh umat satu persatu. Mereka membagikannya di setiap pintu keluar gereja. Usai misa, seluruh OMK merayakan pesta dengan gembira di aula didampingi Romo Epa. *** (Lintang & Jason)