MARI MULAI LAGI: Oleh-Oleh Cerita Outing Komsos

gerejapaskalis.or.id – Kali ini, Komsos Gereja St. Paskalis ingin berbagi kisah outing Komsos pada Jumat-Sabtu (19-20/8) lalu di Filemon Camp, Megamendung. Filemon Camp sendiri adalah salah satu tempat camping yang berada di Jln. Prabowo, Desa Bojong Koneng, Kab. Bogor. Untuk mencapai Filemon Camp, perjalanan dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan biasa seperti sedan, mpv maupun suv. Filemon camp merupakan salah satu camp yang bertemakan hutan dan alam yang sejuk nan indah. Registrasi untuk outing di Filemon Camp dilakukan sejak 2 Juli 2022. Whatsapp Grup (WAG) Komsos St. Paskalis beranggotakan 23 peserta. Namun, yang konfirmasi mendaftar sampai awal Agustus hanya 14 orang. Romo Ferry dan Romo Sulaiman yang sedari awal diajak turut serta ternyata berhalangan hadir. Romo Ferry ada kegiatan di Jogja. Sedangkan, Romo Sulaiman harus mengikuti Seminar di paroki. Dalam pelaksanaannya, total peserta yang ikut ada 11 orang. Kami dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok pagi berangkat jam 09.55 WIB adalah Ci Feni, Romo Jimmy, Ryan dan Bu Hen dalam satu mobil Fortuner. Adel, Mas Aji Vina dan Cilla dalam mobil Honda City. Kelompok sore yang terdiri dari Riko, Josh dan Sandra menggunakan mobi Xenia sewaan dari Pak Roy berangkat jam 16.00 WIB.

Suasana senja Filemon Camp. Dok. pribadi

Perjalanan menuju Filemon Camp

Medan di sepanjang perjalanan keluar dari tol Ciawi menuju Filemon Camp tidaklah mudah dikarenakan jalanan yang terjal, curam, dan sempit. Karena itu, ada diskusi panjang terkait mobil dan sopir. Bila menggunakan kendaraan pribadi dari peserta, siapa yang akan menyetir karena yang empunya mobil pesimis. Jarak serta kondisi jalan menuju Filemon Camp yang penuh tantangan menjadi kekhawatiran bagi driver perempuan. Bila menyewa mobil, biayanya cukup mahal karena harus membiayai makan sopir serta penginapannya. Kemudian, diputuskan bahwa komsos perlu menyewa mobil Pak Roy, umat lingkungan St. Theresia 1. Mobil ini diperuntukkan bagi kawan-kawan yang akan berangkat sore hari. Ci Feni mau tidak mau membawa mobil fortuner-nya. Dia sekaligus menjadi driver didampingi Romo Jimmy sebagai co-driver. Adel juga sama, mau tidak mau menyetir sendiri mobil Honda City-nya dengan di-back up Vina. Mas Aji yang tidak bisa nyopir  ikut numpang di mobil Adel. Mesti ada cowok untuk menemani perjalanan jauh. Meski dengan perasaan tidak enak, “Mosok sebagai cowok kok membiarkan cewek nyopir?”

Selama di tol dalam kota, mobil Adel melaju kencang di depan. Begitu keluar tol, Ci Feni memimpin. Semua perjalanan lancar sampai exit tol. Tantangan berkendara pun dimulai. Jalanan sempit, berkelok, tanjakan maupun turunan sangat curam. Beberapa titik sangat terjal apalagi mendekati Filemon Camp. Belum lagi tikungan yang tajam dan saat berpapasan dengan kendaraan lain yang sering mengejutkan.

Mas Aji yang duduk di depan samping sopir, tegang. Ia berulang kali entah sadar atau tidak, menjejakkan kaki kanannya seolah ikut menginjak rem ketika jalanan menurun tajam. Tampak seperti ada rem virtual di kaki Mas Aji.  Asal jalan menurun, Mas Aji menjejakkan kakinya. Ketika jalanan sempit dan berpapasan mobil lain, Mas Aji memiringkan badannya. Harapannya biar pas-pasannya lancar. Tentu saja tidak ada efeknya karena yang nyetir kan Adel. Lagipula, mobilnya asli bukan virtual yang bisa dikendalikan dengan badan. Belum lagi pas nanjak, Mas Aji ngos-ngosan ikut  ngeden. Maksudnya, mendorong mobil biar kuat nanjak. Padahal, ya ga ada manfaatnya sama sekali. Posisinya kan duduk di mobil sebagai penumpang. Duuuh Mas Aji…mas Aji… tapi Mas Aji sempat menghibur, “Adel, pokoknya tinggal perintah saja: “Turun Mas Aji!” Pasti gue turun angkat batu.”

Adel cukup lihai mengendarai mobil sampai diacungi jempol bang Bobi, pemandu di Filemon Camp. “Baru Anda perempuan yang nyetir sendiri bisa sampai sini,” puji bang Bobi. “Kalau yang lain, pasti ditarik pake mobil Rescue” katanya. Meskipun begitu, Adel harus merelakan bagian crank guard pelindung bawah mobil robek setelah menyerempet batu.

Perjalanan pulang nyaris sama, kesulitan di awal saat turun dari Filemon Camp. Untungnya Riko cukup lihai memandu di depan mobil Adel sampai di jalan beraspal. Setelah itu  bergantian posisi, mobil ci Feni di depan, Adel di tengah, dan diikuti Riko paling belakang.

Perihal Makan

Naluri keibuan Bu Hendrawati terusik ketika tidak menemukan informasi menu makanan, “Ga ada paketan makan ya?” Mas Aji yang mengkonfirmasi ke filemon Camp mendapat jawaban via WA  bahwa makanan yang termasuk dalam paket adalah bubur kacang hijau, teh, kopi dan air minum. Menu sarapan, nasi goreng free.

Paket makan dengan nasi tarifnya 100 ribu rupiah untuk 3 kali makan, yakni makan siang saat tiba, makan malam dan sebelum pulang. Namun karena belum ada kepastian jumlah peserta, Mas Aji dan Bu Hen sepakat untuk melunasi biaya sewa tenda. Paket makan dengan nasi menyusul saja saat hari H.

Tiba di Filemon Camp menjelang jam 12 siang.  Peserta Outing disambut bubur kacang hijau, kopi, teh, jahe dan pisang, semua boleh dinikmati. Namun bubur kacang hijau saja tidak cukup. “Kalo belum makan nasi rasanya belum makan,” keluh Adel.  Jadilah Bang Boby pemandu dari Filemon Camp menawarkan menu paket makan nasi dengan harga 50 ribu rupiah/orang sekali makan. Bu Hen kaget dengan biaya yang dikenakan untuk sekali makan.

Bang Boby memberi alasan “Ibu pesan mendadak, lagi pula cari bahannya kan jauh ke bawah, pasar jam segini sudah habis.” Makan siang akhirnya tersedia lewat jam 15.00. Menunya sayur asem, ayam goreng, tahu, tempe, ikan asin, sambel  plus lalapan … eh ada kerupuk juga. Menjelang sore dapat informasi  Ketua Komsos akan menyusul besok pagi-pagi buta karena pekerjaan belum selesai, jadilah pesanan makanan untuk malam diturunkan jadi 11 orang dan besok siangnya 12 orang.

Keesokan harinya, sarapan nasi goreng. Tidak ada keluhan ke pengelola soal rasa nasi goreng maupun paket makan. Semua peserta terbius indahnya pemandangan di Filemon Camp. Acara pokok hanya diskusi malam dan misa alam pagi harinya. Selain itu acara sebebas-bebasnya.

Yang menjengkelkan adalah 3 ekor anjing liar berkeliaran meminta jatah makan. Menjelang sore karena semua kelelahan, meninggalkan makanan di meja depan tenda, alhasil jadi rebutan anjing liar itu. Dan mereka terus berada di dekat setiap orang yang berkumpul membawa makanan. Satu lagi seekor kucing yang tak diakui pemilik Filemon Camp. Kucing liar itu sukses mencuri daging ayam siap santap milik Mas Aji. Keterlaluan, memang.

Makan siang mejelang pulang lebih meriah dan nikmat karena menu tambahan sei babi hasil olahan Chef Riko yang dibawa Ci Feni. Selain itu, ada hair juga dalam rekreasi bersama dua pasang suami istri. Mereka adalah tamu Filemon Camp dari Paroki Matius Penginjil Bintaro. Semua gembira menikmati pesta syukur ulang tahun Imamat ke-13 Romo Jimmy. Selamat pesta Romo Jimmy.

Misa alam. dok. pribadi

Diskusi Malam

Diskusi malam  dimulai kurang lebih jam 21.00 saat sei bebi selesai dipanggang. Romo Jimmy memotong-motong sei babi yang tampak menggoda. (Maksudnya sei babinya yang menggoda, bukan Romo Jimmy.)  Selesai memotong dan membagi-bagi sei babi, Romo Jimmy dibantu Riko menuangkan red wine botol plastik sambil berkata “Inilah sei babi dan anggur yang diserahkan buat kalian, terima lah dan makanlah……” (asli ini imajinasi ngawur penulis).

Romo Jimmy membuka diskusi dengan ucapan terima kasih atas keterlibatan komsos selama pandemi sampai sekarang ini. Keterlibatan komsos sungguh dirasakan manfaatnya oleh umat paroki. Oleh karena itu, Romo Jimmy telah menyiapkan ruang di dekat sekretariat menjadi ruang studio mini untuk komsos. Maka Komsos diharapkan segera membuat design dan layout untuk membuat design studio tersebut agar tahun depan bisa digunakan. Selain itu juga berbagai alat komsos dapat disimpan di ruang tersebut.

Mas Aji mewakili komsos mengucapkan terima kasih atas dukungan romo dan seluruh anggota komsos sehingga pelaksanaan tugas komsos dapat berjalan baik dan lancar. Mas Aji menyampaikan kepada Romo Jimmy, harapan agar komunikasi dengan DPH dapat ditingkatkan lebih baik. Sebab, saat ini komunikasi yang terjadi kurang harmonis sehingga yang muncul prasangka yang memperkeruh suasana. Sangat tidak nyaman.

Mas Aji juga mengingatkan anggota komsos bahwa menjadi petugas komsos khususnya live Streaming berarti membawa Yesus kepada umat. Maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:

  1. Jangan sampai kehadiran komsos (bergerak kesana-kemari) saat Misa berlangsung sampai mengganggu umat. Umat yang konsentrasinya terganggu karena gerak komsos yang mondar-mandir di seputar altar sama saja dengan merampas hak Allah. Saat Misa, kewajiban umat adalah menyembah Allah. Bila perhatian umat beralih kepada komsos, secara tidak langsung komsos mengambil/mencuri hak Allah. Hak Allah ialah menerima pujian dan hormat saat misa berlangsug.
  2. Pelayan live streaming Misa perkawinan pada setiap Sabtu dihentikan/distop karena kekurangan tenaga. Biasanya misa perkawinan dilaksanakan Sabtu. Pada hari itu di masa sekarang ini setelah pandemi perlahan terkendali, banyak anggota komsos yang masuk kerja. Untuk misa Arwah yang dilaksanakan malam masih bisa dibantu untuk live streaming asal ada petugas.
  3. Berharap live streaming misa mingguan tetap ada meski hanya sebulan sekali bahkan bila nantinya ada kebijakan live streaming misa ditiadakan entah dari keuskupan atau paroki. Mengapa? Karena komsos bertugas “menghantar” Allah kepada umat. Surga bersukacita karena 1 orang bertobat (Lukas 15:7) dan komsos tidak perlu tahu dan bukan urusan komsos, siapa yang Allah sembuhkan atau siapa yang bertobat. Tugas komsos hanya “menghantar” Allah kepada umat meskipun viewers-nya sedikit. Jadi, live streaming misa mingguan tetap harus ada meskipun viewers-nya sedikit.

Usulan dan evaluasi dari kawan-kawan komsos yang disampaikan saat diskusi tersebut antara lain:

  1. IG dan tiktok perlu ada pembaruan dan peningkatan konten. Cilla membantu Sandra untuk mengategorikan template IG sesuai wilayah/kategorial. Untuk Tiktok, Abigail akan diminta bantuannya bekerjasama dengan OMK.
  2. Pelatihan dan workshop. Pelatihan dan Workshop bagi umat yang ingin belajar V-mix & Kamera bisa datang satu jam sebelum Live streaming berlangsung. Pada minggu pagi jam 09.00 atau Minggu sore jam 18.00 sebelum Live streaming Rosario Berantai.
  3. Rekrutmen anggota Komsos bisa diumumkan di IG
  4. Evaluasi Rutin akan dilaksanakan evaluasi rutin, periodenya belum disepakati.
  5. Pengadaan studio mini untuk ruangan – podcast sekaligus untuk penyimpanan perlengkapan dan peralatan komsos.

Bergembiara menyambut Saudara Mentari pagi. dok. pribadi

Kesan Tak Terlupakan.

Memang disayangkan, tidak semua anggota Komsos bisa hadir. Bisa dimaklumi karena faktor tugas dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Apalagi setelah pandemi, orang mulai beraktifitas normal baru, tentu pekerjaan lebih diutamakan. Meski perjalanan ke Filemon Camp tampak sulit, namun kesan mendalam dirasakan hampir seluruh peserta. Visi misi disegarkan lagi dalam diskusi singkat. Koh Lucky, Ketua Komsos yang berhalangan hadir, sengaja tidak meminta atau membuat banyak acara “Pokoknya acaranya bebas, santai yang penting ada diskusi, masukan dan saran, udah.”

Ternyata justru acara santai ini betul-betul dinikmati seluruh anggota. Masing-masing sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti tidur, melamun menikmati pemandangan karena tidak ada sinyal HP, ngobrol, melawak, bercanda, ngopi, bakar pisang, sok akrab dengan tamu lain, jalan keliling area camp, foto-foto dan sebagainya. Acara utama ya hanya diskusi malam dan misa. Meskipun acara ini tidak dihadiri semua anggotanya, para peserta yang hadir tetap hidup dan dinamis. Semoga selesai healing di Filemon Camp, pelayanan Komsos semakin lebih hidup. Yuk, mari mulai lagi dengan lebih bersemangat melayani Tuhan dan sesama. (Papanya Ganesha)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *