MERAYAKAN TOLERANSI: BERBAGI DENGAN UMAT MUSLIM

Secara etimologis, kata “toleransi” berasal dari kata Bahasa Latin “toleratio” atau “tolerare”. Artinya izin atau mengizinkan. Sejak 313 M di masa pemerintahan Romawi, Kaisar Konstantinus Agung menerbitkan Edik Milano atau ‘Maklumat toleransi di Milan’. Isinya menjamin kebebasan beragama kepada para penduduk yang berada di bawah kekaisaran Romawi. Surat keputusan ini sangat menguntungkan umat Kristiani. Sebab, pada masa sebelumnya mereka seringkali dijadikan kambing hitam konspirasi politik negara. Lantas, mereka ditangkap, dianiaya, dan dibunuh secara keji. Dengan adanya Maklumat toleransi, umat Kristiani saat itu dapat hidup berdampingan dengan para pemeluk agama Pagan-Romawi.

Dalam perjalanan waktu, toleration dalam Bahasa Inggris dipahami sebagai izin yang diberikan oleh otoritas umum yang berbasis hukum kemasyarakatan. Memasuki abad ke-17, “toleransi” terutama dipahami sebagai nuansa hubungan antaragama karena ada undang-undang/kesepakatan toleransi. Toleransi secara populer dimaknai sebagai rasa empati dan simpati untuk menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang melampaui sekat-sekat ras, suku, etnis, agama, dan sebagainya. Di Indonesia, toleransi menjadi salah satu karakter sosial yang melekat pada identitas bangsa ini.

Pentingnya toleransi turut dirayakan umat di Gereja St. Paskalis. Dengan bertoleransi, umat Katolik di wilayah Paroki Cempaka Putih juga mewujudkan nilai Ajaran Sosial Gereja, yakni “Menjadi pribadi yang Ekaristis: semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi.” Baik umat wilayah maupun kelompok kategorial merayakan toleransi dengan melakukan bakti sosial (baksos).

Baksos berupa paket sembako dan nasi kotak dibagikan secara gratis bagi umat muslim menjelang perayaan Idul Fitri. Dengan dukungan dana dari Celengan Yesus Tuna Wisma (CYTW) dan swadaya umat (donatur), terdapat dua puluh enam Lingkungan yang melaksanakan baksos. Mereka antusias berbagi paket sembako ditambah dengan masker dan hand sanitizer. Sejauh pantauan kami, Lingkungan III Kristoforus membagikan sembako pada Kamis (28/40 melalui ketua lingkungan. Sedangkan Lingkungan IV Antonius melaksanakannya pada Minggu (1/5) oleh pengurus. Mereka datang berkunjung langsung kepada yang membutuhkan. Sementara, beberapa lainnya dikumpulkan di rumah pengurus lingkungan.

Sementara itu, para Ibu WKRI menggandeng OMK dari tim Campus Fidei (CF) melakukan baksos buka puasa pada Minggu, (24/4) bagi keluarga yang kurang mampu, terutama saudara-saudara Muslim. Ada 550 kotak nasi yang dibagikan di 6 titik berbeda. Mereka berbagi tugas. Ada yang membaginya di pinggir jalan, memasuki kompleks perumahan, dan juga ke Mesjid Sumur Batu, Kemayoran yang berada di wilayah paroki Cempaka Putih.

Pembagian sembako dan nasi kotak sebagai tanda kasih dan persaudaraan kepada masyarakat sudah dilakukan beberapa tahun sebelum pandemi dan sudah menjadi tradisi umat Gereja St. Paskalis. Kiranya, tradisi ini tetap lestari demi kebaikan hidup bersama umat Gereja St. Paskalis dengan umat Muslim sekitaran paroki Cempaka Putih.* (Thomas Aji)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *