Pekan Suci di Gereja Santo Paskalis
Minggu Palma
“Memikul Penderitaan Bersama Kristus”
Lagu HOSANA PUTRA DAUD mengawali perayaan Misa Minggu Palma (10/4) pada pkl 10:00 WIB.
Diakon Rio Edison OFM dalam homilinya menyampaikan pesan bahwa Yesus membutuhkan keledai ketika memasuki kota Yerusalem. Keledai yang dianggap bodoh itu merelakan punggungnya menjadi tempat duduk Tuhan Yesus. Saat ini, kita juga membawa beban persoalan masing-masing saat mengikuti misa Minggu Palma. Namun, perlu diingat bahwa Tuhan Yesus mengajar kita supaya kita memikul penderitaan bersama-sama dengan Dia. Lantas, apa yang kita rayakan dalam Pekan Suci?
“Selama Pekan Suci, Tuhan membutuhkan sedikit pengorbanan dari umat. Pengorbanan-pengorbanan kecil supaya umat bisa turut ambil bagian dalam pengorbanan Yesus yang sangat agung. Aneka pengorbanan itu bisa hadir dalam beragam cara. Di antaranya, bisa hadir melalui diri Pastor. Bisa juga dijumpai dalam diri para petugas Liturgi, seperti misdinar, lektor-lektris, bapak-ibu prodiakon, serta petugas lainnya seperti komsos dan lain sebagainya. Selain itu, saat ini pun kita membawa beban persoalan masing-masing saat mengikuti misa Minggu Palma ini. Namun, perlu diingat bahwa Tuhan Yesus mengajari kita untuk memikul penderitaan ini bersama-sama dengan Dia,” seru Diakon yang juga Ketua Fransiskan Media Center (FMC)-Indonesia ini.
Tuhan membutuhkan pelayanan setulus hati, sehingga umat bisa mengikuti perayaan Paskah dengan baik. Tuhan memerlukan dari kita sebagai umat, kesabaran dan waktu untuk bersama-sama dengan-Nya berdoa, untuk bersama-sama memikul penderitaan di tengah situasi yang ternyata masih belum lepas dari pandemi.
“Saat ini, gereja masih menerapkan aturan-aturan yang terkesan membatasi dan rumit yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Agar kita bersama-sama berjalan bersama Dia. Tidak saja ketika kita senang tetapi juga saat mengalami kesulitan,” ungkap Diakon kelahiran Kupang, NTT ini.
Usai Misa, beberapa umat mengungkapkan rasa harunya karena bisa ikut Misa Minggu Palma.
Ibu Agatha dari wilayah Maria Fatima mengungkapkan rasa harunya sampai menitikkan air mata setelah dua tahun menanti. “Saya terharu dan sempat keluar air mata karena bisa kembali ke rumah Bapa di Gereja.”
Sementara Bapak Toddy dari Wilayah Daud yang hadir bersama keluarga mengungkapkan kerinduannya. “Kangen banget ikut Misa secara offline bareng keluarga besar. Kesan saya, luar biasa. Perayaan kali ini berjalan dengan lancar. Terimakasih kepada para petugas yang terlibat dalam perayaan ini. Semoga ke depannya semakin banyak umat yang mau mengikuti Misa di Gereja secara offline.”
Misa Minggu Palma dirayakan secara konselebrasi oleh selebran utama, yaitu Romo Jimmy OFM didampingi Romo Sulaiman OFM, Romo Yoseph Agut OFM dan Diakon Rio OFM.
Menurut Pak Hengky, koordinator lapangan tim TGKP, umat yang hadir berjumlah sekitar 700 orang yang dibagi dalam tiga ruang. Ada 500 orang berada di dalam gereja sisanya dibagi di aula atas dan bawah Gedung Karya Pastoral.
Kamis Putih
“Berilah Kami Kasih Putih seperti kasih-Mu, ya Tuhan”
Umat khusyuk mengikuti perayaan Misa Kamis Putih yang dilaksanakan pada Kamis (14/4) sejak Pukul 17:00 WIB. Lagu Kemuliaan dalam perayaan Kamis Putih berkumandang megah dan agung. Setelah lagu Kemuliaan, tidak ada lagi iringan musik meriah. Perayaan Kamis Putih menjadi pembuka rangkaian perayaan ibadat agung Tri Hari Suci.
Sejak pukul 15:00 WIB umat dan petugas sudah hadir di gereja. Antrian umat yang hadir dimulai sejak memasuki pintu gerbang dengan pemeriksaaan keamanan dan barang bawaan. Antrian masuk sedikit tersendat saat pengecekan tiket belarasa. Antrian itu dikarenakan ponsel petugas yang memeriksa tiket umat membutuhkan waktu untuk loading rata-rata lebih dari satu menit.
“Mungkin karena server belarasa diakses serentak bersama-sama,” jelas Pak Catur, petugas pemeriksa tiket belarasa.
Sementara bagi umat yang tidak mempunyai tiket belarasa, dapat mengikuti misa dengan menunjukkan KTP kepada petugas. Dua petugas siaga memeriksa umat yang ingin mengikuti misa tanpa mendaftar melalui belarasa. Satu petugas mencatat data KTP umat. Sementara petugas lainnya mendokumentasikan foto umat dengan KTP. Menurut Benya, petugas jaga, hasil catatan dan rekaman data umat tersebut akan diserahkan kepada DPH.
Dalam khotbahnya, Romo Sulaiman OFM menjelaskan katekese sederhana tentang asal-usul nama Kamis Putih. Mengapa namanya Kamis Putih?
“Padahal dalam Bahasa Inggris disebut Holy Thursday/Maundy Thursday dan bukan White Thursday. Kata Maundy berasal dari Bahasa Latin, yaitu Mandatum yang berarti Perintah. Ini selaras dengan Firman Tuhan: “Aku memberikan Perintah baru kepadamu” (Yoh. 13:34a). Lantas, mengapa kita menyebutnya Kamis Putih?” tanya Rosul alias Romo Sulaiman, begitu ia biasa disapa umat Cempaka Putih.
Rosul menjelaskan bahwa Hari Kamis Putih dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dari Bahasa Belanda “Witte Donderdag (Kamis Putih)”. Ternyata, ‘Kamis Putih’ menjadi warisan dari tradisi Belanda yang selama ratusan tahun pernah menjajah Nusantara. Dan tradisi nama ini sebenarnya mau mengacu pada warna liturgis yang dirayakan, yaitu warna putih. Lantas, Kamis Putih menjadi nama umum yang populer dan diterima di Indonesia.
Sebagai suatu perayaan liturgi, terdapat dua perayaan di Hari Kamis Putih, yaitu ad Missa Chrismatis (Misa Krisma) dan Missa Vespertina in Cena Domini (Misa Senja Perjamuan Malam Tuhan). Kamis Putih menandai Puncak Pra Paskah dan mengawali Tri hari Suci Paskah yang mengantar kita ke dalam misteri iman termulia, yaitu penebusan kita dan seluruh dunia.
Sementara itu, makna Misa Senja Perjamuan Malam Tuhan terletak pada tiga pesan penting. Di antaranya adalah Yesus menetapkan Sakramen Ekaristi, menetapkan Sakramen Imamat, dan memberikan Perintah Baru: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu. Demikian pula, kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34). Inilah bentuk kasih dan pemberian Diri Tuhan Yesus bagi kita semua.
Kisah pembasuhan kaki (Yoh. 13:1-15) menampilkan kisah kasih Agape; kisah cinta Tuhan kepada ciptaan-Nya; kasih tertinggi seseorang yang mengorbankan nyawanya demi orang yang dikasihi. Yesus menjadi junjungan dan teladan utama karena Ia yang adalah Tuhan mau memberikan diri, merendahkan diri, berbela rasa, membersihkan, dan memurnikan manusia yang penuh dosa dan hina ini dengan penuh rendah hati dalam cinta kasih sejati.
“Inilah Kasih Putih itu. Maka, marilah kita mohon dalam perayaan ini kepada Tuhan Yesus sendiri: ‘Berilah kami Kasih Putih seperti kasih-Mu, ya Tuhan,” tutur pastor kelahiran Maumere-NTT ini mengakhiri khotbahnya.
Secara umum situasi aman dan tertib. Antrian mengalir lancar dan tidak menimbulkan kerumunan. Setelah selesai pengecekan tiket atau data diri, umat dicek suhu dan melakukan scan QR aplikasi Peduli Lindungi.
Beberapa menit sebelum misa dimulai, Pak Hengky selaku koordinator lapangan tim TGKP, melalui mimbar mengingatkan umat untuk tetap menaati protokol kesehatan Gereja. Di antaranya, menjaga jarak, menggunakan masker selama berada di area gereja dan mematuhi arahan petugas tata tertib sejak memasuki gereja, saat komuni dan ketika akan pulang ke rumah masing-masing.
Jumat Agung
“Menyembah Tuhan Yesus yang Wafat di Salib”
Ibadat Penghormatan Salib pada Jumat Agung di Gereja St. Paskalis paroki Cempaka Putih dilaksanakan dua kali, pkl 15:00 WIB dan 18:00 WIB. Ibadat pertama dilaksanakan secara luring dan daring. Ibadat kedua dilaksanakan secara luring.
Ibadat dilaksanakan tanpa tanda salib pembuka dan berkat penutup. Ibadat Jumat Agung menitik beratkan pada pembacaan kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus. Imam beserta petugas liturgi memasuki gereja dalam suasana hening. Seluruh lagu dinyanyikan tanpa iringan musik.
Kisah sengsara Tuhan Yesus dibacakan berdasarkan Injil Yohanes. Dua petugas lektor yang membaca kisah sengsara Tuhan Yesus berperan sebagai narator dan orang-orang yang terlibat dalam kisah sengsara. Untuk suara rakyat, lektor dibantu paduan suara. Sedangkan Yesus diperankan oleh Diakon Rio Edison OFM.
Pada upacara penghormatan salib, perarakan salib dilakukan dengan membuka selubung salib secara bertahap dari pintu masuk gereja. Umat berlutut menghormati salib pada setiap pemberhentian. Dikarenakan situasi pandemi, umat tidak mencium salib seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Penciuman salib digantikan dengan ajakan untuk berlutut dan menghormati salib dengan menyanyikan doa “Kami menyembah Engkau” dari St. Fransiskus Assisi: “Kami menyembah Engkau, Tuhan Yesus Kristus, di sini dan di semua Gereja-Mu di seluruh dunia, dan kami memuji Engkau, sebab Engkau telah menebus dunia dengan salib-Mu yang suci.” Usai penghormatan salib dilanjutkan dengan komuni dan diakhiri dengan doa dan berkat penutup.
Ibadat penghormatan salib dipimpin Romo Jimmy OFM dan didampingi Rm Yoseph OFM, Romo Sulaiman OFM, dan Diakon Rio OFM. Data dari tim TGKP bapak Hengky, umat yang hadir sekitar 800 orang. Kuota dari belarasa terpenuhi pada misa pertama sedangkan pada misa kedua tercatat kurang lebih 600 orang.
Sabtu Suci
“Sediakanlah Rempah-Rempah Kasih dalam Hidupmu”
Perayaan Sabtu Suci dilaksanakan dua kali pada pkl. 17:00 WIB dan 20:00 WIB.
Romo Vincentius Darmin Mbula OFM melihat bahwa Kebangkitan Kristus menunjukkan bahwa Dia menjadi Tuhan yang hidup. Agar planet bumi sebagai rumah bersama mendapatkan kehidupan baru dalam semua. Hal itu disampaikannya dalam homili saat Perayaan Sabtu Suci. Menariknya, Romo Darmin mengawali khotbah dengan menyapa umat dengan sapaan nasionalis-patriotis sebagai “Saudara-saudari sebangsa dan setanah air.”
“Saudara saudari sebangsa setanah air yang terkasih dalam Kristus Yesus. Sampailah kita pada puncak perayaan pekan suci, malam Paskah: Malam perayaan kebangkitan Kristus Yesus; Ia sudah mengalahkan maut dan dosa; dan sekaligus Ia menujukkan jalan harapan baru bagi kita untuk jalan bersama menuju kehidupan paripurna (Hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapamu sempurna adanya, Mat 5:48). Kebangkitan Yesus Kristus membenarkan bahwa Allah menghendaki semua kita untuk hidup dalam Kristus Yesus ( Rom 6:11). Kristus Yesus bersabda, “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” ( Yoh 10:10). Maka dari itu, Malam Paskah ini hanya bermakna ketika kita memahaminya dalam kerangka cinta akan kehidupan itu sendiri. Malam Paskah bermakna Bercinta (Bersama Mencintai Kehidupan Sempurna). Malam Paskah bukan memuliakan kesengsaraan dan kematian, melainkan memuliakan kehidupan manusia dan seluruh makhluk ciptaan Allah” (Allah melihat semua baik adanya, Kej 1;1, 26-31a), ungkap Pastor yang juga menjabat sebagai Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) di Konferensi Waligereja Indonesia ini.
Beliau memaknai rempah-rempah kehidupan yang disediakan oleh Yusuf dari Arimatea dan wanita-wanita yang datang ke makam sebagai lambang cinta kasih kepada Yesus Kristus. Rempah-rempah inilah rempah-rempah kasih yang menginspirasi kita semua untuk bersaksi di tengah kehidupan bermasyarakat. Karena itu, kita semua juga bisa menyediakan rempah-rempah kasih dalam seluruh kehidupan kita. Saban hari, berbagi rempah-rempah kasih sejatinya juga merayakan Paskah Kebebasan yang berorientasi pada cinta kasih penuh Rasa hormat (respek), Empati, Manusiawi penuh rasa Persaudaraan, Adil dan Harmonis (REMPAH). Paskah membebaskan kita dari kuasa kegelapan dan maut; kekerasan dan kematian, sekaligus meneguhkan kebebasan kita dalam cinta kasih ilahi.
Selain itu, rasa solidaritas sesama anak manusia yang tak berdaya juga dibutuhkan sekarang ini. Rasa peduli dalam spirit kebangkitan Kristus Yesus memampukan kita. Agar kita terus-menerus berjuang membela serta menghormati kehidupan secara manusiawi terhadap orang lain sebagai saudara dan berkeadilan bagi segala makhluk.
Merayakan persaudaraan berarti menemukan peluang baik dalam kehidupan. Paskah mengajak kita agar semua diciptakan untuk hidup baru, memikirkan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam hidup ini. Kita semua setara dihadapan Tuhan yang bangkit. Prinsip kesetaraan dalam hidup ini berarti membantu mereka yang kecil, lemah, miskin, tertindas, dan disabilitas untuk menemukan peluang-peluang supaya keluar dari keterpurukan dalam Spirit Kristus yang Bangkit.
Perayaan Sabtu Suci dipimpin Romo Jimmy didampingi Romo Yoseph Agut OFM, Romo Darmin Mbula OFM, Romo Sulaiman Otor OFM serta Diakon Rio Edison OFM. Umat yang hadir berdasarkan tiket belarasa sebanyak 800 orang pada misa pertama dan 500 orang pada misa kedua. (Thomas Aji, Komsos)