Terkesan dengan animo OMK St. Paskalis, Kardinal Ignatius Suharyo: “Saya merasa bingung”

gerejapaskalis.or.id – Ada yang tidak biasa di paroki Cempaka Putih pada Sabtu malam (6/11). Sejak pkl. 19:00 WIB, ratusan Orang Muda Katolik (OMK) berduyun-duyun mendatangi Gereja. Mereka dengan tertib memasuki halaman Gereja setelah melalui protokol kesehatan yang ketat. Menariknya, beberapa di antaranya berpenampilan khas pakaian adat nusantara. Ternyata mereka datang untuk menghadiri Ekaristi Kaum Muda (EKM) di Gereja St. Paskalis. Misa ini diselenggarakan secara tatap muka dan live streaming dari kanal youtube gereja Paskalis di LiveGerejaPaskalis pada pukul 19.30 WIB. Didampingi para pastor paroki, selebran utama dalam Misa Agung ini adalah Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo.

Mengawali homilinya Bapak Kardinal mengutarakan isi hatinya, “Ketika masuk ke dalam gereja dari sakristi, saya sudah merasakan suasana yang penuh dengan semangat. Rasa-rasanya semua ikut menyanyi, semua ikut menanggapi ajakan imam, menjawab, berdoa bersama-sama, pokoknya suasana yang penuh semangat. Proficiat untuk semuanya itu. Saya yakin yang saya rasakan adalah cermin dari suasana kebersaman dari kaum muda di paroki Cempaka Putih,” kata Kardinal kelahiran Sedayu-Bantul ini.

Kardinal Ignatius Suharyo memberikan homili dalam misa OMK Paroki Santo Paskalis Cempaka Putih
Foto ist.

Terkesan dengan animo kaum muda, Kardinal kebingungan. Beliau bertanya-tanya dalam hatinya kira-kira apa yang mau disampaikan dalam homili. Sebab ada banyak hal yang ditawarkan untuk direnungkan. Yang Mulia mengakuinya terus terang, “Saya merasa bingung.” Segelintir kaum tergelak tawa mengiranya sebagai candaan. Lantas, Kardinal yang dikenal karena cerdas dan bijaksana ini menerangkan kebingungannya.

“Yang pertama, tentu tema kita yaitu Tuhan Yesus sayang kamu. Kemudian komentator juga mengingatkan tanggal 28 Oktober adalah hari Sumpah Pemuda. Bagaimana ya menghubungkan antara Tuhan Yesus sayang kamu dengan sumpah pemuda? Bacaan Injil hari ini yang kalau dibaca begitu saja, tidak ada kaitannya dengan sumpah pemuda. Jadi, bagaimana ini?” Akhirnya, teks homili yang sudah disiapkan pun disimpan Bapak Kardinal.

Bapak Kardinal kemudian merangkai suatu renungan, diawali dengan tema misa OMK yaitu “Tuhan Yesus sayang kamu” dan peristiwa Yesus yang dibaptis di sungai Yordan.

“Pada waktu Yesus dibaptis, ada suara dari langit yang mengatakan kepada Yesus: “Engkaulah anak yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan”. Jadi ketika kita dibaptis, sama seperti ketika Yesus dibaptis suara yang sama berlaku kepada kita masing-masing: “Engkaulah anak yang kukasihi kepadamulah aku berkenan”. Itulah landasan iman keyakinan bahwa siapapun kita dalam keadaan apapun, kita adalah pribadi-pribadi yang dikasihi Tuhan.”

Bapak Kardinal kemudian melanjutkan dengan renungan Injil tentang janda miskin yang memberikan persembahannya. Bacaan hari ini menawarkan kisah janda miskin yang memberikan segala-galanya untuk Tuhan. Ketika Yesus menceritakan kisah janda miskin ini, sebetulnya Yesus bicara dengan siapa? Atau kepada siapa? Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu tahu posisi janda pada jaman itu. Janda tergolong kelompok masyarakat yang paling lemah. Para nabi sering mengatakan bahwa tanahnya dan rumahnya seringkali mudah dirampas.

Umat Allah mempunyai tanggung jawab sosial yang besar terhadap janda – janda itu. Seperti memberikan perhatian kepada janda yang sudah tidak punya apa-apa lagi. Sehingga saat janda ini sudah memberikan semua yang ia punya, maka ia menjadi tanggung jawab jemaat. Dengan kata lain, ketika menceritakan kisah ini, Yesus pertama-tama tidak mau menampilkan janda itu sebagai tokoh. Tetapi ingin berbicara kepada gereja dan para murid Yesus pada umumnya.

Kita dapat melihat pribadi dalam masyarakat yang berada di pinggiran, kalian mempunyai tanggung jawab untuk memperhatikan mereka. Yesus meminta kepada murid-murid-Nya pada waktu itu untuk mengembangkan dan merawat semangat kepedulian dan semangat belarasa.

Tuhan Yesus tidak langsung menampilkan janda sebagai contoh orang yang memberi, namun mengajak jemaat untuk melihat betapa banyak sekali saudara-saudari kita yang seperti janda miskin ini. Silahkan terus merawat dan tumbuh dalam rasa kepedulian. Itulah pesan dari injil pada hari ini. Kita akan semakin disayangi oleh Tuhan, merasakan kasih sayang Tuhan itu kalau kita menjadi jemaat yang peduli.

Bapak Kardinal melanjutkan rangkaian hubungan renungan sebelumnya dengan rasa semangat dan cinta tanah air. “Injil mengajar kita untuk menjadi komunitas murid-murid Tuhan yang peduli. Kita mesti bangga karena sebagai warga negara Indonesia, kita mewarisi dari nenek moyang kita watak peduli itu. Saya mengambil kesimpulan itu berdasarkan 2 model penelitian pada 2020. Penelitian pertama menempatkan Indonesia di urutan pertama dari 146 negara dalam hal kerelaan memberi. Penelitian kedua, meneliti modal sosial, hasil penelitian itu, Indonesia ada pada nomor 6 dari 167 negara. Saya sebagai warga negara Indonesia sangat bangga terhadap warisan nenek moyang itu.”

Maka kalau kita mau mengembangkan semangat cinta tanah air, tidak perlu ikut perang kemana- mana. Namun, kita mencoba bersama-sama merawat dan mengembangkan watak peduli diantara kita, di tengah-tengah umat kita, di tengah masyarakat kita, di dalam bangsa kita. Inilah wujud dari cinta tanah air.

Marilah adik-adik kaum muda. Kita berangkat dari pengalaman keyakinan iman bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang dikasihi Tuhan. Pengalaman dikasihi oleh Tuhan dapat selalu kita perdalam dalam terang Roh Kudus. Kita akan dikuatkan dengan mendengarkan sabda Tuhan.

Pada hari ini kisah janda miskin menunjukkan jalan kepada kita ketika kita dikasihi, maka tanggung jawab kita adalah mengasihi. Itu berarti bertumbuh di dalam watak peduli. Kita mempunyai warisan yang sangat dahsyat mengenai rasa kepedulian itu.

Akhirnya, Bapak Kardinal kemudian mengajak seluruh orang muda untuk merawat dan mengembangkan watak peduli sebagai wujud cinta tanah air. “Maka marilah kita tunjukkan semangat dan cinta tanah air kita dengan mengembangkan, merawat watak peduli masyarakat kita, umat kita, bangsa kita. Semoga Tuhan meneguhkan niat-niat baik kita,” pungkas Bapa Kardinal menutup homili. ***(TA)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *