TOGETHERNESS AND HAPPINESS: PESTA UMAT ST. PASKALIS
gerejapaskalis.co.id – Hore hore hore hore horeeee …. Suasana pecah. Sorak gembira menggema sepanjang Minggu siang (2/10). Usai Misa pagi, Jason dan Claudia mengajak umat untuk tidak segera pulang. Umat diajak berkumpul di halaman tengah Gereja St. Paskalis. Mereka berdua memandu acara pesta umat Togetherness and Happiness. Acara yang dikoordinatori oleh Caretaker Siekep ini menjadi rangkaian perayaan HUT gereja St. Paskalis yang ke-70 tahun. Bersama panitia, mereka mengarahkan umat untuk terlibat menjadi peserta aneka lomba dan pertandingan serta mampir di area bazar.
Antusiasme umat luar biasa. Mereka rela mengantri dan memenuhi 13 lapak UMKM yang menjual makanan dan minuman di depan Gedung Karya Pastoral. Sambil mengantri makanan, Jason dan Claudia mengingatkan umat untuk mengikuti lomba dan mendukung sebagai suporter para peserta lomba. Ada beberapa lomba baik perorangan maupun grup perwakilan wilayah, seperti lomba melempar gelang ke botol; memasukkan paku ke dalam botol; bola punggung berpasangan; tenis meja: ganda campuran, single putri, single putra; tarik tambang dan lomba menyanyi.
Lapak Bazar
Pagi-pagi jam 6:00 WIB, langit mendung menyelimuti Cempaka Putih dan sekitarnya. Kemudian, turunlah hujan deras. Dalam suasana itu, terlihat beberapa orang menyiapkan “lapak” bazar sederhana. Hujan rupanya membuat mereka khawatir bahwa stok jualan bakal tersisa. Apalagi ada beberapa pelapak menjual makanan yang nyaris sama, mie dan berbagai jenis nasi. Kekhawatiran lainnya adalah soal harga. Harga yang tersaji adalah harga promo, tidak berani pasang tarif tinggi takut stok tidak terjual habis. Beberapa pelapak menyampaikan kekhawatirannya, “Yang penting balik modal.”
Sekitar jam 9;00, puji Tuhan, hujan berubah gerimis dan langit berangsur-angsur cerah. Di lapak-lapak itu, tersedia berbagai jenis makanan dan minuman yang dijual. Dari makanan tradisional, seperti gudeg sampai yang modern, seperti roti bakar. Minuman tradisional juga ada, seperti jamu, wedang uwuh, sampai yang ngetop di kalangan anak muda, aneka kopi dengan berbagai varian. Semua tersaji di lapak bazar pesta umat. Makanan eksotis juga ada, seperti bebek panggang siap santap dan tersedia pula frozen-nya yang bisa digoreng sendiri di rumah.
Lapak Bazar dikhususkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) umat Paskalis yang tergabung dalam SABUK (Sentra Bimbingan Usaha Kecil). Bazar khusus anggota SABUK ini merupakan salah satu bentuk dukungan gereja secara khusus panitia perayaan HUT 70 paroki Cempaka Putih kepada usaha pengembangan ekonomi umat di paroki Cempaka Putih. Kesempatan bazar juga sekaligus promosi agar umat yang bergerak dibidang UMKM dapat bergabung dalam SABUK.
Ketika misa selesai, umat menyerbu lapak bazar. Area depan GKP penuh sesak antrian dan umat yang lapar. Maklumlah pas waktunya makan siang. Ditambah dengan lomba yang sambung menyambung. Lapak bazar pun kebanjiran peserta dan pendukung lomba. Capek teriak minum, Lelah lomba beli makan dan minum. Sakit pinggang, kaki pegal, tenggorakan sakit dan macam-macam keluhan saat pesta umat larilah ke bazaar dan belilah makanan dan minuman. Memasuki jam 15:00 WIB, banyak lapak yang mulai tutup karena kehabisan stok makanan dan minuman.
Ada yang unik terjadi di antara para penjual. Ketika Pelapak yang sudah habis stoknya melihat ada pelapak lain masih ada barang, ia membantu menjualkan dengan memindahkan sebagian barang ke meja lapaknya. Semua pelapak gembira karena mayoritas dagangan habis terjual dan melampaui ekspektasi awal. Demikian pula, kerjasama dan bantuan dari sesama mereka. Dengan saling membantu, semua diuntungkan. Untung ada pesta umat. Luar biasa semuanya…
Jalannya Pertandingan dan Perlombaan
Dari Lapak Bazar dilanjutkan ke Lomba pertama melempar gelang ke botol. Lomba ini pada mulanya terbatas. Setiap wilayah mengirimkan 5 orang dari segala usia, anak-anak dan orang dewasa. Mereka diuji kemampuannya melempar gelang plastik berdiameter sekitar 10 cm ke arah barisan botol yang disusun berjejer. Setiap orang yang sukses melemparkan gelang dan masuk ke botol akan mendapatkan banyak hadiah menarik.
Satu persatu dimulai dari anak-anak, mencoba kemampuan melempar gelang. Anak-anak gembira karena di gereja ada mainan baru meskipun dalam lomba tersebut lebih banyak yang gagal. Anak-anak yang biasanya selesai misa ikut bina iman, justru sekarang diajak ikut lomba. Ibu-ibu mendukung anaknya yang ikut lomba dengan penuh semangat, sangat dimaklumi karena ada hadiah minyak goreng, horeeeee…… Lumayan dapat minyak goreng seliter gratis, uang bisa disimpan untuk belanja yang lain.
Bapak-bapak pun turut serta beradu skill biar dapat minyak goreng gratis … bukan…. bukan, bapak-bapak ikut lomba bukan untuk mengejar minyak goreng gratis tetapi karena ingin menunjukkan pada istrinya bahwa ia turut berjuang sekuat tenaga meneteskan keringat darah dan air mata…. Aaah romatisnya.
Lama-kelamaan, antrian berubah menjadi antrian ibu-ibu. Rupanya minyak goreng gratis menyatukan semangat para ibu, minyak goreng adalah ibu-ibu…ibu ibu adalah minyak goreng… eeeh bukan begitu … bagaimanapun minyak goreng adalah salah satu dari sembilan bahan pokok rumah tangga (sembako). Para ibu tahu bagaimana rumitnya mengelola dapur rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga. jadi wajarlah para ibu mengantre ikut lomba lempar gelang ke botol untuk seliter minyak goreng. Semangattttt….
Belum selesai lomba melempar gelang ke botol, Jason dan Claudia sudah mengundang peserta dari wilayah untuk lomba memasukkan paku ke dalam botol. Manager tim segera berkoordinasi dan mengumpulkan anggotanya berjumlah 5 orang.
Setiap pinggang peserta diikat dengan tali dan ditengah-tengah mereka diikat sebuah paku besar yang harus dimasukkan ke dalam botol. Tak lupa mata mereka ditutup dengan kain dan saling membelakangi. Kapten tim berdiri bebas tanpa boleh menyentuh peserta dan alat lomba untuk memberi komando kemana tim harus bergerak agar paku dapat terarah ke botol dan memasukkan paku kedalamnya.
Teriakan “kiri… kanan…. teruss… maju dikit…. geser ….“ dan masih banyak teriakan lain dari mulut para kapten tim di antara teriakan-teriakan supporter. Kamera HP dari supporter terus merekam adegan seluruh peserta, termasuk kapten tim yang ikut berjongkok kadang membungkuk, kadang setengah jongkok, setengah membungkuk. Pokoknya sangat melelahkan terutama pinggang dan bagian pangkal paha.
Hasil dari dokumentasi lomba tersebut yang paling banyak adalah foto atau rekaman video paku diatas botol berlatar belakang pantat atau paha. Agak sedikit menggelikan memang, mendokumentasikan orang yang sedang jongkok. Namun Ketika sebuah tim berhasil memasukkan paku ke dalam botel, teriakan HOREEEEEE……. meledak diantara keriuhan suara lainnya.
Lomba memasukkan paku ke dalam botol belum usai, lomba punggung pasangan sudah dimulai. Lomba ini membolehkan pasangan suami istri atau pasangan Wanita dan pasangan pria untuk berlomba. Kedua pasangan saling membelakangi dan diantaranya terdapat bola tenis yang dihimpit punggung. Peserta menjaga agar bola jangan sampai jatuh sambil berjoget diiringi lagu. Saat lagu berhenti, peserta berebut untuk menduduki kursi yang tersedia. Pasangan peserta yang gagal mendapat kursi dinyatakan kalah.
Yang menarik dari lomba ini tentu saja gerak badan serta ekspresi para pasangan saat menjaga bola yang terjepit punggung sambil berjoget mengelilingi kursi yang akan direbut untuk diduduki. Yang pasti ekspresi mereka menampakkan wajah gembira.
Lomba joget pasangan juga belum usai Ketika Jason dan Claudia berteriak memanggil peserta untuk bersiap mengikuti lomba Nyanyi dan tenis meja. Lomba tenis meja beregu terdiri dari tunggal putra putri dan ganda. Pada lomba tenis meja teriakan HOREEEEE ……. dari suporter lebih mendominasi dibanding teriakan peserta.
Pada lomba menyanyi peserta campuran dari anak-anak sampai lansia. Penonton kadang ikut menyanyi bersama peserta lomba. Juri lomba nyanyi meski agak kerepotan mendengarkan suara penyanyi asli diantara suara penonton tetap bisa menentukan siapa pemenang sesungguhnya. Bagi peserta yang penting gembira, bisa lepas bersuara tanpa beban, horeeee…….
Tarik Tambang menjadi lomba penutup. Tarik tambang saat pertama kali dipertandingkan mengalami beberapa kali pengulangan. Pertama perubahan tempat karena ternyata posisi lawan yang berhadapan tidak sejajar. Peserta yang satu berada di posisi tanah datar yang lainnya tanah menurun. Peserta yang berada di posisi tanah menurun mendapat keuntungan karena peserta yang berada di tanah datar mengeluarkan energi eksta melawan pihak lawan dan gaya gravitasi.
Pengulangan kedua karena semua peserta begitu bersemangat sampai wasit harus mengulang awalan. Pada hitungan pertama semua peserta siap tanpa memegang tali tambang. Yang terjadi adalah banyak peserta entah terlalu semangat atau tidak mendengar karena ramainya suasana sehingga tali tetap saja dipegang. Supporter dan rekan setim mengingatkan dengan teriakan. Jadilah rebut sendiri, Jason berteriak “TOGETHERNESS AND HAPPINES” untuk meredam emosi peserta yang sulit diatur. Awalan diulang.
Pada hitungan kedua peserta memegang tali. Perintahnya jelas, memegang tali, eeeh peserta sudah ada yang ngotot menarik tambang, ribut lagi panitia dan peserta saling mengingatkan. “TOGETHERNESS AND HAPPINES….INGET WOIII INI TOGETHERNESS AND HAPPINESS” begitu teriak Jason berulang-ulang.
Capek tapi senang
Jam 3 lomba sudah selesai. Lapak meja bazar juga sudah banyak yang tutup. Lomba menyanyi sudah selesai tetapi masih ada penyanyi lain yang bergantian menghibur. Panitia dan staff sekretariat mulai berbenah. Lelah, lapar, haus, capek, pegal, keseleo, salah urat , pusing tapi semuanya tetap hepi, senang dan gembira. “Capek , tapi senang” begitu kesan seorang peserta lomba tarik tambang setelah timnya kalah di final. Togetherness and Happiness begitu suara Jason masih terngiang-ngiang di telinga. Selamat pesta ke 70 Umat Paroki Cempaka Putih. Inget Woii Togetherness and hapinessssss…………………… *** (Bapaknya Ganesha)