Masa Depan Pewartaan Ada di Tangan Remaja Katolik
Masa Depan Pewartaan Ada di Tangan Remaja Katolik
Selepas misa kedua pada Minggu, 23 Februari 2025, sayup sayup gereja kembali dengan suara anak-anak remaja yang berlarian ke arah tangga menuju aula Santo Fransiskus Assisi di lantai dua. Memasuki aula suara semakin ramai yang ternyata datang dari meja registrasi yang ada tepat di sebelah pintu aula. Anak – anak tersebut datang untuk menghadiri Rekoleksi Paguyuban Siswa/i SMP-SMA Katolik yang bertema “Remaja Katolik: Pewarta Injil di Era Digital.” Lebih dari 100 anak mengikuti acara ini.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program karya Tim Sinergi Bidang Prioritas (TSBP) 2 Paroki Paskalis. TSBP 2 fokus pada bidang Pendampingan Orang Muda. Kegiatan yang diadopsi langsung dari program Keuskupan Agung Jakarta dimulai pada pukul 11.30.
Program ini merupakan rangkaian acara berkelanjutan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada anak-anak muda katolik–tidak hanya bertujuan memperdalam persahabatan antar anak– tetapi juga untuk memperdalam iman, membentuk karakter dan kepemimpinan yang umumnya terjadi karena mereka belum mendapatkan pendidikan agama katolik yang kayak. Mereka yang mengikuti acara ini diharapkan dapat berkembang dalam iman Kristiani dan mempersiapkan diri menjadi pemimpin serta pewarta injil di era yang serba digital.
Usai makan siang, icebreaking serta pengenalan acara dipandu panitia Ibu Joana, Bapak Alfi serta Pak Hendro dan Pak Yanto mengawali kegiatan. Peserta diajak berjoget dan bermain games yang asik agar mereka bisa merasa bersemangat untuk aktif dan fokus pada jalannya acara dan sesuai harapan. Seluruh peserta antusias dan minta tambahan games.


Masuk ke inti acara, peserta dibagi ke dalam dua kelompok yakni SMP dan SMA. Romo Yohanes Epa Prasetya, OFM, membimbing para peserta SMP dengan subtema “Menjadi Pewarta Injil di Era Digital.” Dalam sesi ini, Romo Yohanes mengajak anak-anak muda untuk merenungkan bagaimana mereka dapat menjadi saksi Kristus di dunia maya. Ia menjelaskan pentingnya menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan kasih Kristus, menjauhi sisi negatif bersosial media bagaimana mereka bisa memilih konten yang positif dan bermanfaat.
“Sosial media itu seperti ladang misi yang luas. Tapi bagaimana kita menggunakannya dengan bijak?” tanya Romo Yohanes. Peserta menjawab dalam refleksi kelompok.
Tak kalah menarik, para siswa SMA pun mendapatkan kesempatan untuk belajar dari Frater Stefanus Harkam Nampung OFM dan Frater Adrianus Lambu SX. Kedua Frater pendamping itu mengajarkan mereka tentang hubungan antara kita dan teknologi.
Mereka menggali lebih dalam mengenai awal mula keberadaan teknologi, segala implementasi, dampak teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana remaja Katolik bisa memanfaatkannya untuk melayani sesama, tanpa terjebak dalam perangkap dunia maya yang merugikan.
Melalui teknologi para orang muda ini juga diajak untuk terlibat secara aktif dalam jalannya tahun Yubileum di tahun 2025 ini.


Kesimpulan Suasana yang Hidup dan Penuh Semangat
Meski di tengah dunia yang penuh distraksi digital, semangat anak-anak muda ini tetap menyala. Mereka terlihat sangat antusias, rela mengorbankan waktu mereka untuk berkumpul dan menikmati waktu bersama di gereja. Senyum dan tawa riang mengisi setiap sudut aula, sementara diskusi-diskusi yang hidup memancar dari setiap kelompok. Saking antusiasnya peserta, panitia terpaksa mengulur waktu dan menutup acara di jam 4 sore.
Nicholas, salah satu peserta dari kelompok SMA yang juga merupakan anggota misdinar, berbagi kesan, “Rasanya senang bisa berkumpul seperti ini, seru. Kalau diadakan lagi pasti akan datang karena jarang kami bisa berkumpul bercanda dan sharing info”.
Sementara Yolanta, turut menyatakan bahwa rekoleksi ini seru, “bisa ngumpul, bisa belajar bareng Romo sama Frater juga.” Pernyataan kompak dari beberapa peserta kelompok SMP: Ruth, Felis, Lea, Joseph dan Michael; mereka juga senang karena acaranya sangat menarik dan mereka menjadi semakin paham kedua sisi sosial media setelah dibekali oleh Romo Epa, “kalau terlalu sering main sosmed ada dampak buruknya ternyata” ujar Ruth.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta, Tim Komsos Paroki menemukan impresi bahwa mereka setuju dan mau untuk datang ke setiap acara selanjutnya. Sebuah point yang menarik, membantah stereotip anak anak Gen Z dinilai apatis dalam mengikuti acara yang diselenggarakan oleh orang tua.


Keberhasilan acara ini tentunya tak lepas dari kerja keras tim TSBP 2 Paroki Cempaka Putih yang terdiri dari Seksi Kepemudaan, Seksi Panggilan dan Seksi Pendidikan. Banyaknya peserta dari Kelompok Bina Iman Remaja atau BIR, menunjukkan para pendamping dan pengurus BIR berhasil mendidik anak anak remaja ini menjadi individu yang kooperatif. Para ibu-ibu SABUK (Sentra Bimbingan Usaha Kecil) turut berperan penting dengan menyediakan konsumsi yang sehat dan lezat, memastikan peserta merasa nyaman dan diperhatikan.
Harapan besar hadir dari Bapak Hendro, Pak Alvi, dan Saudara Alex, panitia sekaligus fasilitator acara. Dalam wawancara singkat, mereka mengungkapkan harapan agar kegiatan ini dapat terus berlanjut dan menjadi wadah bagi anak-anak muda Katolik untuk tumbuh dalam iman, serta menjadi pemimpin dan pelayan yang setia pada Gereja.

.