Renungan Minggu Adven III: Kristus Sumber Sukacita
Bacaan Pertama: Zef. 3:14-18a; Bacaan Kedua: Flp. 4:4-7;
Bacaan Injil: Luk. 1:39-45
Kristus sumber Sukacita
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan. Hari ini kita memasuki Minggu Adven ketiga. Dalam Tahun Liturgi, Minggu Adven ketiga disebut Minggu Gaudete (Latin), yang berarti “sukacita”. Minggu Gaudete melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan. Oleh karena itu, saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, bacaan-bacaan suci pada hari Minggu Adven yang ketiga ini mengajak kita untuk menemukan dan mengenakan kembali kekhasan kita sebagai anak-anak Allah yaitu hidup bersukacita dalam Tuhan. Bacaan-bacaan ini menampilkan suasana yang sukacita, gembira dan sorak-sorai.
Dalam bacaan pertama, Nabi Zefanya melukiskan dengan sangat gamblang janji keselamata Allah kepada Israel. Allah membebaskan bangsa Israel dari hukuman dan menyingkirkan musuh-musuh mereka. Oleh karena itu, bangsa Israel akan merdeka, bangkit, bersorak-sorai dalam Tuhan. Tuhan Allah ada bersama mereka dan menjadi pahlawan kemenangan. Janji keselamatan Allah kini nyata terjadi atas bangsa Israel. Janji keselamatan dari Allah tidak hanya ditujukan kepada orang-orang Israel, tetapi juga bagi semua orang yang percaya kepada-Nya, termasuk kita. Kita semua adalah anak-anak Allah dan sebagai anak-anak Allah kita berhak mendapatkan keselamatan daripada-Nya.
Dalam bacaan kedua, kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus, mengingatkan akan hidup dalam sukacita. “Bersukacitalah selalu dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Paulus, meskipun terkungkung dalam penjara dan mengalami kesusahan, tetap memberi dorongan kepada jemaat Filipi untuk tetap bersukacita dalam kesukaran hidup mereka. Sukacita itu, sebagaimana dialami oleh Paulus sendiri, diberikan oleh Allah bagi orang-orang yang hidup bersatu dengan Kristus. Paulus memiliki moto dalam hidupnya yaitu, “bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Fil. 1:21). Karena itu, dia sendiri sudah dan selalu merasakan sukacita dalam hidupnya, termasuk saat di dalam penjara. Kita semua adalah orang yang percaya Kristus. Kerena percaya, maka Kristus sudah ada dalam diri kita. Dalam sakramen pembaptisan kita sudah menerima Allah Tritunggal di dalam diri kita. Dengan demikian, kita boleh merasakan sukacita Allah karena sudah bersatu dengan Kristus.
Sukacita hidup diperteguh kembali dalam bacaan Injil. Elisabet merasa gembira dan mengalami kedamaian ketika dikunujngi oleh Maria saudarinya. Bahkan, sukacita perjumpaan itu dialami juga oleh bayi yang ada di dalam kandungannya. “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya.” Maria dan saudarinya Elisabet mengalami sukacita yang luar biasa.
Dalam suatu kesempatan, Paus Fransiskus pernah mengungkapkan bahwa ciri khas dari masa Adven adalah ajakan untuk bersukacita. Dan ada betigu banyak alasan bagi kita untuk bersukacita, salah satunya adalah Kristus yang akan datang ke dunia. Karena itu, paus mengatakan bahwa untuk merasakan sukacita itu adalah dengan cara mengurangi fokus pada diri sendiri dan menempatkan Yesus sebagai pusat dari segalanya. “Yesus adalah terang yang memberi makna penuh bagi kehidupan setiap pria dan wanita yang datang ke dunia ini. Jangan lupakan bersukacita. Orang Kristen bersukacita dalam hatinya, bahkan dalam masa pencobaan Orang Kristen bersukacita karena dia dekat dengan Yesus yang memberi sukacita.
Tuhan memberkati kita sekalian.
Sdr. Fano, OFM