Renungan Minggu Biasa XXXI: Mengapa Kita Mengasihi?
Renungan Minggu Biasa XXXI, Warna Liturgi: Hijau
Bacaan Pertama: Ulangan 6:2-6. Mazmur Tanggapan: Mazmur 18:2-3a,3bc-4,47,51ab
Bacaan Kedua: Ibrani 7:23-28. Bacaan Injil: Markus 12:28-34
Renungan Minggu Biasa XXXI: Mengapa Kita Mengasihi?
Bapa ibu, saudara/ri, teman-teman muda, dan anak-anak yang dikasihi Tuhan
Salam damai dan kebaikan
Di sebuah terdapat seorang anak kecil yang kelaparan, ia ingin mengisi perutnya yang kosong itu dengan makanan, tetapi ia tidak memiliki apa-apa, uang pun tidak dipunyainya. Dalam keadaan yang lapar itu, muncullah seorang pemuda dan memberikan roti. Ketika menerima roti itu; anak itu bertanya kepada pemuda, apakah engkau Kristus? Dengan jujur pemuda itu menjawab: bukan, aku hanyalah orang yang mencintai-Nya.
Bacaan dalam injil Markus ingin menekankan keaslian kita sebagai pengikut Kristus. Keaslian kita sebagai pengikut Kristus itu tampak dalam jawaban Yesus kepada orang yang bertanya mengenai perbuatan baik apa yang harus kita lakukan kepada sesama kita. Jawaban Yesus sederhana, tetapi komplit, “dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia”. Artinya Yesus mengajak kita untuk mencintai orang lain seperti kita mencintai diri kita.
Penekanan Yesus adalah kita mengasihi sesama bukan karena mereka adalah orang lain—yang patut dikasihani. Jika demikian, kita menjadikan sesama kita sebagai objek, tetapi kita mengasihi orang lain karena kita melihat diri kita ada di dalam mereka itu. Dengan demikian, kita tidak menjadikan sesama kita objek melainkan subjek sama seperti kita. Itulah sifat cinta kasih yang seharusnya kita bangun dalam kehidupan kita.
Alasan dasar kita sebagai orang Kristen untuk mengasihi sesama kita dengan tulus hati adalah karena kita adalah orang-orang yang telah dikasihi oleh Allah terlebih dahulu. Allah lebih dahulu berinisiatif untuk mengasihi manusia. Dengan demikian, panggilan kita adalah mengasihi sesama kita di sekitar kita. Kita mengasihi bukan untuk dipuji atau demi kesombongan diri melainkan kita mengasihi sesama karena Allah dan dalam Allah.
Semoga Tuhan selalu membuka hati kita untuk menyadari kehadiran orang lain sebagai subjek bukan sebagai objek yang harus dikasihani.
Sdr. Urbanus Tangi, OFM