Renungan Minggu Biasa XXX: Melihat untuk Mewartakan

Renungan Minggu Biasa XXX, Warna Liturgi: Hijau
Bacaan Pertama: Yeremia 31:7-9. Mazmur Tanggapan: Mazmur 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6. Bacaan Kedua: Ibrani 5:1-6. Bacaan Injil: Markus 10:46-52

MELIHAT UNTUK MEWARTAKAN

Mrk 10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.

Mrk 10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”

Mrk 10:48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”

Mrk 10:49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.”

Mrk 10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.

Mrk 10:51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”

Mrk 10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

gerejapaskalis.or.id – Hari Minggu ini bersama seluruh Gereja di seluruh dunia kita merayakan Hari Minggu Misi Sedunia yang ke 95. Paus Fransiskus, dalam surat beliau dalam rangka perayaan ini mengajak kita untuk meneladani jemaat perdana yang meskipun mengalami penganiayaan karena iman mereka akan Yesus Kristus namun selalu melihat keagungan karya Tuhan yang mereka rasakan selalu menyertai mereka sehingga mereka dapat melalui masa-masa sulit dan akhirnya boleh merasakan kelegaan dan kedamaian pada akhirnya. “Seperti para Rasul dan jemaat Kristen perdana, kita juga dapat mengatakan dengan penuh keyakinan: “Kami tidak mungkin untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan kami dengar” (Kis. 4:20). Inilah tema Minggu Misi Sedunia tahun 2021. Paus menegaskan bahwa “segala sesuatu yang telah kita terima dari Tuhan dimaksudkan untuk digunakan dengan baik dan dibagikan dengan bebas kepada orang lain. Sama seperti para Rasul melihat, mendengar, dan menyentuh daya penyelamatan Yesus (bdk. 1 Yoh. 1:1-4), kita juga setiap hari dapat menyentuh daging Kristus yang sedih dan mulia. Di sana kita dapat menemukan keberanian untuk berbagi dengan setiap orang yang kita jumpai takdir pengharapan, pengetahuan yang pasti bahwa Tuhan selalu bersama kita. Sebagai orang Kristen, kita tidak dapat mendekap Tuhan untuk diri kita sendiri: misi evangelisasi Gereja menemukan pemenuhan lahiriah dalam transformasi dunia dan pelestarian ciptaan.”

Harapan Paus untuk kita semua sebagai Gereja yang melanjutkan tradisi para rasul mengajak kita untuk pertama-tama bisa seperti yang telah dialami oleh para rasul: melihat dan mengalami kehadiran Kristus yang menyelamatkan dalam pengalaman hidup sehari-hari. Dalam hal ini pertanyaan mendasarnya adalah sudahkah kita mampu melihat kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Tentu saja melihat di sini bukan berarti melihat secara fisik dengan mata kepala kita karena bagaimanapun Tuhan tidak bisa dilihat bahkan ada kepercayaan dalam umat Israel kalau melihat Tuhan bisa mati ( bdk. Kel. 33:20 ). Meskipun kita tidak bisa melihat Tuhan dalam arti harafiah namun kita tetap dapat “mengalami kehadiran Tuhan” atau boleh dikatakan sebagai “melihat Tuhan dengan mata batin atau mata iman”. Melihat Tuhan dengan cara seperti ini tentu harus melampaui hal-hal yang fisik atau dalam bahasa hidup rohani disebut sebagai kontemplasi. Ini berarti membutuhkan pengolahan batin seperti meditasi, refleksi yang berpuncak pada kontemplasi. Hal yang mungkin tidak mudah namun bukan juga hal yang mustahil. Untuk itu dibutuhkan kesungguhan.

Oleh karena itu kisah Yesus menyembuhkan Bartimeus menjadi inspirasi kita untuk berani berjuang agar dapat melihat Tuhan. Dalam Injil hari ini Bartimeus menyadarkan kita untuk berjuang dengan sepenuh daya agar Tuhan berkenan memberi kemampuan untuk bisa melihat. Meskipun banyak orang menegurnya karena mengganggu perjalanan Yesus namun Bartimeus bersikeras untuk dapat bertemu Yesus dan semakin keras berteriak: “Anak Daud, kasihanilah kami”( Mrk.10:48 ). Apakah kita mau seperti Bartimeus berjuang keras untuk bebas dari kebutaan rohani sehingga dapat melihat Tuhan?

Kisah Bartimeus tak hanya menunjukkan soal bebas dari kebutaan tetapi juga dinamika iman yang memungkinkan kita untuk melihat Tuhan atau mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup nyata di dunia. Pada awal kisah digambarkan bagaimana Bartimeus yang buta gaya hidupnya juga terbatas: hanya duduk di pinggir jalan saja. Begitu mendengar kabar bahwa Yesus lewat ia segera berdiri dan berseru bahkan kemudian berjalan menemui Yesus. Sesudah disembuhkan dan bisa melihat, Bartimeus tak berhenti untuk kembali duduk di pinggir jalan namun segera meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus dalam perjalanannya.

Bagaimana dengan dinamika iman kita sendiri? Apakah kita sudah bergerak seperti Bartimeus atau kita masih terlelap dalam zona nyaman? Tetap menutup mata di pinggir jalan tak peduli pada apa yang terjadi yang lewat di tengah kita? Belajar dari Bartimeus mari kita mulai pasang telinga hati kita agar peka akan sabda kehadiran-Nya yang melawat umat-Nya, mengunjungi kita. Hadirnya Sang Sabda kita tanggapi dengan penuh syukur yang menanggapinya dengan berani meninggalkan posisi duduk yang melambangkan zona nyaman untuk berdiri tegak siap sedia melaksanakan apa yang disabdakan Tuhan. Bila menghadapi hambatan, seperti Bartimeus yang dihalang-halangi oleh banyak orang pada awalnya, beranikah kita tetap berseru bahkan dengan lebih keras atau kita menyerah saja karena malu, takut, segan pada apa kata orang karena kita masih terikat pada zona nyaman dalam bentuk nama baik yang harus dijaga, etiket yang harus dipegang tapi lupa bahw yang harus lebih kita perjuangkan adalah etika, moral, kebenaran, keadilan dan kesejahteraan bersama. Semoga Tuhan memberi kita kekuatan untuk berani membuka mata dan mari kita minta untuk selalu dibebaskan dari kebutaan hati agar kita bisa mewartakan apa yang kita saksikan secara iman yakni kasih Allah yang mahabesar dan tak pernah meninggalkan kita.

Rm. Thomas Ferry Suharto, OFM

Renungan Minggu Biasa XXX: Melihat untuk Mewartakan

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *