Renungan Minggu Biasa XXXII: Kasih Dalam Kerelaan

Renungan Minggu Biasa XXXII, Warna Liturgi: Hijau
Bacaan Pertama: 1Raj. 17:10-16 Mazmur Tanggapan: Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10
Bacaan Kedua: Ibr. 9:24-28 Bacaan Injil: Mrk. 12:38-44

Renungan Minggu Biasa XXXII: Kasih Dalam Kerelaan

gerejapaskalis.or.id – Bapa ibu saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus Yesus, bacaan-bacaan suci pada hari ini berbicara tentang memberi atau mempersembahkan. Memberi atau mempersembahkan berarti suatu tindakan pengorbanan, di mana seseorang rela memberikan, mengurangi, menghilangkan sesuatu yang ada pada dirinya untuk orang lain. Memberi dalam kacamata iman kita berarti tindakan yang berasal dari hati yang tulus dan murni untuk orang lain, bukan hanya soal memberi atau mempersembahkan, melainkan soal ketulusan dalam memberi. Akibatnya, memberi atau mempersembahkan itu, tidak diukur dari jumlah, besar kecilny pemberian kita itu, melainkan ketulusan dan kerelaan kita dalam memberi atau mempersembahkan.

Bacaan pertama berbicara tentang seorang janda yang mempersembahkan atau memberikan seluruh penghidupannya ke dalam tangan Tuhan. Ketika Israel mengalami kekeringan dan kelaparan, nabi Elia diutus untuk pergi menemui seorang janda kafir di Sarfat, supaya ia diberi makan oleh janda itu. Apa yang direncanakan oleh Allah itu, agaknya tidak masuk akal, karena dalam Kitab Suci, para janda itu dideskripsikan sebagai orang yang miskin, yang berekonomi lemah dan mengharapkan belaskasihan dari orang lain. Akan tetapi, Allah malah menyuruh Elia untuk meminta makanan kepada janda itu. Sebenarnya, rencana Allah yang terjadi melalui nabi Elia ini, tidak hanya soal makanan saja, melainkan soal iman, kepercayaan dari janda tersebut. Allah hendak mengetahui, seberapa besar iman janda itu. Dan memang apa yang terjadi adalah janda itu melakukan apa yang direncanakan oleh Allah lewat nabi Elia. Janda itu menyerahkan semua yang ada padanya, pada keluarga untuk melayani utusan Tuhan itu. Itulah iman si janda, yang rela menghilangkan kepunyaannya untuk Elia, untuk Allah. Ia memberi dengan hati yang tulus dan iklas, memberi dari kekuarangannya.

Dalam bacaan Injil, Yesus mengecam kelakuan ahli-ahli Taurat, dan memuji persembahan dari janda miskin. Para ahli Taurat merampas dari kepunyaan janda-janda, mereka meminta dan memeras. Sedangkan, di sisi lain, janda yang miskin, mempersembahkan kepunyaannya untuk Tuhan. Lagi-lagi, si janda memberi dari kekurangnnya. Ia merelakan hartanya untuk dipersembahkan untuk Tuhan.

Saudara-saudari yang terkasih, memberi atau mempersembahkan sesuatu untuk Tuhan dan sesama itu memang mudah. Akan tetapi, memberi seperti para janda dalam bacaan-bacaan hari ini, itu tidak mudah. Banyak orang, bahkan mungkin termasuk kita, sulit untuk memberi dari kekurangan secara tulus hati. Kita masih takut kekurangan, takut kelaparan, merasa cemas, dan kita bahkan cenderung untuk menumpuk lebih banyak lagi. Atau dengan kata lain, kita masih terkungkung dalam keegoisan kita. Kita masih tinggal dalam keegoisan.

Saudara-saudari yang terksih, Yesus sendiri, sudah menunjukkan kepada kita tentang memberi. Ia tidak hanya mengajar kita untuk saling memberi tetapi Ia sendiri sudah memberikan diriNya untuk menebus kita, bahkan secara Cuma-Cuma. Dalam bacaan kedua, kitab Ibrani mewartakan Yesus sebagai kurban. Ia menjadi kurban untuk keselamatan umatnya.

Saudara-saudari yang terkasih, memberi dan mempersembahkan adalah tindakan atau ungkapan kasih yang nyata. Yesus begitu mengasihi kita sehingga Ia rela menyerahkan seluruh hidup-Nya, dan bahkan sampai mati di kayu salib karena kasih. Yesus mengorbankan diri-Nya bukan untuk dipuja-puji, bukan untuk mencari popularitas, melainkan semata-mata karena kasih. Demikian juga, para wanita miskin, para janda memberi apa yang menjadi miliknya untuk Tuhan dan sesama, bukan karena mereka ingin dipuji atau diperhatikan oleh orang banyak, melainkan karena kasih mereka kepada Tuhan. Kasih itu, bukan saoal kata-kata saja, bukan juga soal kaya-miskin. Kasih itu soal ketulusan hati dalam tindakan yang nyata. Orang yang memberi atau mempersembahkan diri atau kepunyaannya dari kekurangannya dengan tulus hati adalah orang kaya yang sebenarnya.

Tuhan memberi kita damai.

Sdr. Theofanus Arito, OFM

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *