Renungan Minggu Palma “Tuhan Memerlukannya”

Renungan Minggu Falma

“Tuhan Memerlukannya”

Bacaan I: Yes. 50:4-7 Bacaan II:  Flp. 2:6-11 Bacaan Injil:  Luk. 22:14-23:56

Saudara-saudari terkasih, Semoga Tuhan memberi kita damai

Pada hari ini kita memasuki Pekan Suci. Pada pekan ini, Gereja secara khusus merenungkan misteri penebusan dan keselamatan dunia. Kita bersama-sama merenungkan kasih Allah yang luar biasa bagi umat manusia. Bacaan-bacaan yang kita dengarkan tadi menarik perhatian. Pada bacaan Injil pembuka kita mendengarkan kalimat “Tuhan memerlukannya” (Luk.19:31, 34). Biasanya, Injil bercerita tentang manusia yang membutuhkan Tuhan (Yesus). Namun, kini, Yesus membutuhkan Keledai untuk ditunggangi punggungnya. Selanjutnya dalam Kitab Yesaya kita mendengar kalimat “aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku” (Yes.50:6), serta pada Kisah Sengsara tampak “Simon Kirene yang memikul salib (menggunakan punggung) dan mengikuti Yesus” (Luk. 23:26).

Kata kuncinya adalah punggung. Punggung bukan sekadar istilah yang merujuk pada bagian tubuh tertentu. Kata punggung juga merujuk pada makna lain, misalnya tulang punggung keluarga untuk merujuk peran seseorang sebagai penanggung jawab keberlangsungan hidup anggota keluarga. Istilah itu dipakai bukan tanpa alasan. Para pekerja (petani/tukang) menggunakan punggungnya untuk memikul beban (bekerja) dan dari sana dihasilkan rejeki. Pekerjaan menggunakan punggung menuntut konsentrasi dan fokus yang tinggi. Salah sedikit, barang bawaan bisa jatuh dan berantakan.

Pada hari ini, punggung Keledai memberikan kenyamanan dan kemuliaan pada Yesus ketika memasuki kota Yerusalem. Punggung Simon telah meringankan beban penderitaan Kristus karena telah turut memikul salib yang berat. Punggung Yesus babak belur dicambuki oleh para serdadu. Punggung yang babak belur itu menunjukkan betapa Allah rela merendahkan diri sedemikian rupa sampai pada tingkat yang paling rendah demi keselamatan manusia.  Lalu, apa yang ada pada punggung atau pundak saat saat ini? Mungkin di dalam Gereja kita tidak terlihat memikul beban tapi sebenarnya dalam hati kita tahu bahwa kita sedang memikul beban dan persoalan masing-masing. Kita memikul beban diri kita sendiri dan beban orang lain: orang tua memikul beban biaya sekolah anaknya, seorang anak memikul beban tuntutan sekolah, seorang gadis terbebani oleh komentar netizen pada fotonya di media sosial sehingga dirinya merasa insecure, seorang pria patah hati ditinggalkan pasangannya, seorang kakek hampir putus asa karena penyakit yang semakin parah, dan lain sebagainya. Fokus, waktu, serta perhatian kita tertuju pada beban-beban itu. Apakah berat? Tentu, sebab tidak ada beban hidup yang enteng.

Selama Pekan Suci, Yesus memerlukan kita. Apa yang diperlukan Yesus? Yesus memerlukan waktu, tenaga, dan konsentrasi kita. Yesus memerlukan waktu, tenaga, dan konsentrasi kita untuk bersama-Nya merenungkan makna dan arti dari persoalan-persoalan kita. Jika penderitaan itu bisa dihadapi kenapa harus dihindari ataupun disimpan hingga menjadi ganjalan dalam hati? Kita diajak untuk berkonsentrasi, menyiapkan tenaga dan waktu guna menyatukan penderitaan kita dalam penderitaan Kristus. Kita yakin dan percaya, dalam Kristus, persoalan-persoalan yang saat ini sedang kita hadapi tidak akan menghancurkan diri kita tetapi mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Melalui persoalan-persoalan itu, Tuhan hadir dan berkarya dalam hidup kita. Lantas, Tuhan memerlukan persiapan dan keterbukaan dari diri kita untuk menyaksikan karya keselamatan-Nya dalam Putera-Nya. Dari pihak-Nya, Allah sudah pasti mencintai kita. Sekarang, dari pihak manusia Allah memerlukan keterbukaan diri agar bisa memahami pengorbanan Allah yang begitu besar.

Persoalan-persoalan yang kita alami tidak akan secara ajaib lenyap ketika kita menjadi murid Kristus. Sebaliknya, kita berjalan bersama Yesus—seperti Simon dari Kirenedalam berkorban dan memikul salib hidup. Selama Pekan Suci, Yesus memerlukan pengorbanan-pengorbanan kecil sehingga kita dapat menyaksikan pengorbanan-Nya yang besar. Yesus memerlukan pengorbanan waktu dan pelayanan setulus hati dari para petugas liturgi agar rangkaian perayaan Pekan Suci dapat berjalan dengan lancar dan umat bisa mengikuti dengan khidmat. Yesus memerlukan pengorbanan waktu dan kesabaran segenap umat dalam mengikuti berbagai aturan (yang terkesan rumit) agar bisa merayakan kembali paskah di Gereja setelah selama dua tahun dirintangi Covid-19. Semoga, kita bisa membuka diri terhadap Allah sehingga Pekan Suci ini memberi makna yang mendalam bagi hidup kita. Tuhan memberkati kita!

Sdr. Diakon Rio, OFM

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *