Renungan Pembukaan Bulan Maria 2023
Kesaksian Yohanes Paulus II dalam Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae
Paus Yohanes Paulus II: “Saya sendiri sudah sering mendorong pendarasan Rosario. Sejak tahun-tahun mudaku, doa Rosario memainkan peran penting dalam kehidupan rohaniku. Doa Rosario telah menemani saya pada saat suka dan pada saat duka. Pada doa rosariolah saya selalu mendapat peneguhan. Saya terus terang mengakui bahwa Doa kesayangan saya adalah Rosario. Suatu doa yang mengagumkan. Mengagumkan karena kesederhanaannya dan kedalamannya. Betapa banyak rahmat yang saya terima dari Perawan Maria lewat doa rosario.”
Peristiwa-peristiwa dalam doa Rosario menggambarkan peristiwa-peristiwa utama dalam kehidupan Yesus Kristus. Peristiwa-peristiwa itu membentuk untaian lengkap; gembira, sedih, dan mulia. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa itu menempatkan kita dalam persekutuan dengan hidup Yesus Kristus lewat Bunda-Nya, Maria. Pada saat yang sama, sambil mendaraskan Salam Maria, hati kita dapat merangkum semua peristiwa yang terjadi dalam hidup perorangan, keluarga, bangsa, Gereja, dan seluruh umat manusia. Doa Rosario merangkum keprihatinan pribadi kita dan keprihatianan sesama kita, khususnya mereka yang amat dekat dengan kita, yang paling kita kasihi. Doa Rosario yang sederhana ini, mencerminkan irama hidup manusia.
Maria, sepanjang hidupnya, hanya tertuju pada Putranya, Yesus Kristus. Ia selalu setia pada Putranya. Karena itu, kesetiaan dan tatapan yang selalu tertuju kepada Yesus, menuntun Maria untuk merenungkan aneka peristiwa hidup di samping Putranya. Dengan mendoakan doa Rosario, kita menjalin kontak dengan Maria yang terus menerus ingat akan sang Putra dan menatap wajah-Nya dalam kontemplasi. Somoga, doa Rosario yang selalu kita daraskan, membawa kita juga untuk selalu ingat dan menatap wajah Kristus dalam setiap langkah hidup kita.
Yohanes Paulus II menganjurkan doa Rosario sebagai doa untuk memohon damai. Dewasa ini, telah banyak terjadi serangan-serangan yang mengerikan antarnegara, suku, ras, dan agama. Banyak manusia yang tumbang, menjadi korban dan alam menjadi porak-poranda. Di banyak belahan dunia, setiap hari dipertontonkan pertumpahan darah dan kekerasan. Lewat doa Rosario, kita menyelam dalam misteri Kristus yang adalah damai kita, karena Ia telah mempersatukan semua orang. Kristus mengajarkan perdamaian dan persatuan semua orang, bahkan kepada mereka yang menjadi musuh-musuhNya.
Doa Rosario juga sebagai doa untuk mohon perdamaian dan keutuhan alam ciptaan. Saat ini, kita mengalami banyak krisis sebagai akibat dari hancurnya dan hilangnya alam ciptaan yang diakibatkan oleh manusia sendiri, hanya demi keuntungan dan kenikmatan semata. Dalam Doa Rosario, kita merenungkan kembali rahmat keselamatan Allah yang hadir dalam Yesus Kristus untuk semua ciptaan, bukan hanya untuk manusia.
Renungan
Saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita sekali lagi diperkenankan oleh Tuhan untuk bersama dengan Gereja memasuki bulan Maria. Maria diberi penghormatan khusus dalam Gereja karena ia memiliki peran penting dalam karya keselamatan Allah manusia. Maria juga merupakan model iman bagi kita. Karena itu, patutlah kita menghormati dan meneladani Maria. Dalam banyak kesaksian, dalam Kitab Suci dan berbagai pengalaman iman, Maria hadir sebagai penolong dalam kesusahan. Maria, sebagaimana ia membantu tuan pesta di Kana yang kekurangan anggur, juga menolong orang-orang yang datang kepadanya. Karena itu, kita diajak untuk berani datang kepada Maria dan memohonkan pertolongannya.
Pada pembukaan bulan Maria ini, kita mendengar kisah Maria mengunjungi Elisabet. Maria, sebagaimana kita, juga mencintai dan mengingat akan saudaranya, yaitu Elisabet. Karena itu, Ia meluangkan waktunya untuk mengunjungi Elisabet. Hal yang menarik dan luar biasa adalah reaksi Elisabet ketika berjumpa Maria di rumahnya. Ia dipenuhi oleh Roh Kudus, dan bahkan, bayi yang ada dalam kandungannya melonjak kegirangan. Apa yang membuat Elisabet merasakan hal itu? Karena Ia didatangi oleh Ibu Tuhan sendiri, berjumpa dengan sosok yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
Perjumpaan Maria dan Elisabet mengajak kita untuk, (1) Mengunjungi saudara-saudari kita yang membutuhkan kita. Kita diajak untuk meninggalkan zona nyaman untuk menjumpai saudara-saudari kita, khususnya mereka yang membutuhkan. Perjumpaan tidak harus berwujud melalui tatap muka atau bertemu secara fisik, tetapi juga perjumpaan melalui doa Rosario. Perjumpaan dalam dan melalui doa, artinya kita mendoakan saudara-saudara kita, khususnya mereka yang membutuhkan. (2) hendaknya kita menjadi pribadi yang membawa kegembiraan bagi banyak orang, seperti Maria. Ketika orang berjumpa dengan kita, mereka bisa melihat dan merasakan kegirangan dalam hati mereka, mereka merasa nyaman dan tidak mencurigakan. (3) dalam perjumpaan, kita tidak sedang menunjukkan diri kita semata, melainkan juga Roh yang berdiam dalam diri kita. Roh itu, keluar dari diri kita, menghembus dan menembusi orang-orang yang kita jumpai. Agar dengan demikian, mereka merasakan Roh meliputi diri mereka, seperti Elisabet yang dipenuhi Roh ketika berjumpa dengan Maria.
***(Frater Theofanus Aristo, OFM)