Siapakah Yesus Bagi-ku?

HM Biasa XXIV, 12 September 2021. Yes.50:5-9a; Yak.2:14-18; Mrk.8:27-35

Ibu, bapak, rekan-rekan muda, dan adik-adik yang terkasih dalam Kristus.

Identitas menjadi keterangan yang paling mendasar dibutuhkan setiap orang. Identitas membantu manusia untuk menemukan dirinya sebagai pribadi unik tanpa keterpisahan dari orang lain. Kendati perasaannya menyatu dengan semua orang, ia tidak meleburkan diri pada kelompok secara massal. 

Kita bisa saja mengatakan, Saya orang Indonesia; saya dari suku Flores”; saya beragama Katolik; saya berstatus romo; dlsb. Tentu saja kita boleh berbangga dengan itu semua. Namun, apakah kita sudah cukup puas dengan identitas itu? Seseorang yang secara psikis sehat pasti merasa tidak puas. Sebab, seluruh gambaran diri (self-image) terkait kebangsaan, suku, agama, danstatus bukanlah karakter kepribadian dari dalam dirinya yang sejati. 

Orang baru akan puas bila mendapat jawaban yang sesuai dengan pengenalannya terhadap diri sendiri yang seutuhnya dan unik. Perihal identitas ini penting karena bacaan-bacaan hari ini mengantarkan kita untuk mengenali Tuhan Yesus sebagai Mesias Juru Selamat yang Agung.

Dalam kisah Yesaya 50:5-9a, sang Nabi menubuatkan datangnya Mesias yang dijanjikan Tuhan bagi bangsa Israel. Mesias berasal dari kata Bahasa Ibrani, Mashiah yang artinya “diurapi”. Dalam Bahasa Yunani, kata Mesias diterjemahkan sebagai Kristos. Yang kemudian mendapat pengaruh dari Bahasa Latin, kita menyebutnya Kristus. Mesias adalah Putera utusan Allah untuk membawa keselamatan bagi seluruh bangsa. Mesias menjadi salah satu gelar ilahi Tuhan Yesus yang kita imani sebagai umat beriman Katolik. 

Sementara itu, Rasul Yakobus dalam Suratnya 2:14-18 menegaskan pentingnya iman yang disertai dengan perbuatan. Jika kita sungguh beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, maka perlu dinyatakan dalam segala perbuatan kita. Iman dan perbuatan ini mesti sefrekuensi. 

Yesus memberi contoh. Ketika ada sesama yang kekurangan makanan dan telanjang atau kedinginan. Mengatakan padanya, “kenakanlah selimut dan makanlah sampai kenyang” adalah perkataan yang baik. Mungkin, orang itu merasa disemangati. Namun, itu tidak cukup mengubah nasib buruk orang itu. Lantas, lebih bijak bila kita membagikan selimut dan makanan untuknya. Demikian pula, jika iman tidak disertai dengan perbuatan makan iman itu hakikatnya mati.   

Kedua bacaan ini saling terkait untuk mengantar kita pada bacaan Injil. Nabi Yesaya telah menubuatkan kedatangan Mesias meskipun tidak secara eksplisit. Namun, ciri-ciri atau identitas Mesias yang dinubuatkannya melekat erat pada diri Tuhan Yesus. Dalam suratnya, Rasul Yakobus meminta kita sungguh-sungguh mengimani Yesus sebagai Mesias yang harus dihidupi dalam perbuatan keseharian. Bacaan Injil Markus 8: 27-35, Yesus bertanya kepada para murid-Nya: “Tetapi menurut kamu siapakah Aku ini?” (9). Dan Petrus dengan tepat menjawab bahwa Yesus adalah Mesias. Pengakuan Petrus mewakili pengakuan iman Gereja Katolik bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus yang sungguh-sungguh Putera Allah dan sungguh-sungguh manusia yang menderita sengsara, disalibkan, wafat untuk menebus dosa dunia. Dia bangkit pada hari Ketiga sebagai bukti nyata Yesus sebagai Allah yang hidup dan berkuasa. Pertanyaannya, bagi kita: Apakah kita mau percaya seperti Petrus bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias? Lantas, apakah kita sungguh-sungguh beriman kepada Yesus? Kalau benar beriman kepada Yesus, tunjukkanlah itu dalam perbuatan kasih persaudaraan dalam keseharian hidup kita. Tuhan memberkati.

(Sulaiman, OFM)

You may also like...

1 Response

  1. October 4, 2021

    […] bacaan ini, kita sebagai pengikut Kristus diajak untuk tidak iri hati dengan kemampuan orang lain yang […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *