Mobile Legends, Cara Baru “Menemukan” Tuhan di Masa Pandemi Covid-19

Kegiatan acara Mobile Legends yang diinisiasi oleh Seksi Kepemudaan Paroki Paskalis Jakarta. (Thomas Aji)

BAGAIMANA Orang Muda Katolik (OMK) di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini tetap berusaha mencari dan memaknai kehadiran Allah?

Romo Sulaiman Ottor OFM, moderator Seksi Kepemudaan Gereja Santo Paskalis Paroki Cempaka Putih di Jakarta Pusat, mengajak umat paroki membuka mata. Terhadap situasi OMK yang cenderung ingin hanya berfokus dengan dirinya sendiri melalui gadget-nya di masa pandemi.

OMK yang sebelum pandemi jarang aktif di gereja, maka di masa pandemi ini mereka bisa jadi malah semakin menjauh dan tak tersentuh.

Situasi pandemi yang membatasi perjumpaan fisik ditambah makin sibuk dengan tugas sekolah, kampus, kantor via online, nah semua itu juga telah membuat mereka jenuh.

Mereka membutuhkan tempat untuk melepas penat.

Namun saat rindu mau mengikuti misa, lagi-lagi terbentur dengan pembatasan sosial. Game lalu menjadi salah satu pilihan OMK mengatasi kejenuhan.

Gereja menjawab dan bertindak

Allah melalui Gereja tidak mau kehilangan satu pun dombanya. Bagaimana Gereja bertindak tetap mau menyapa dan merangkul mereka agar tetap dalam persekutuan umat beriman?

Mari kenal SPVC

Saint Paschal Virtual Competition (SPVC) menjadi salah satu pilihan Seksi Kepemudaan Gereja Santo Paskalis untuk menyapa OMK.

  • SPVC memilih game Mobile Legend menjadi sapaan perdana di antara sapaan lain Gereja untuk OMK di wilayah Paroki Cempaka Putih.
  • SPVC diselenggarakan setiap Minggu. selepas misa selama bulan Juni 2021.

Sebuah pertanyaan muncul, bagaimana OMK bisa menemukan Allah dalam SPVC Mobile Legends?

Pastor pendamping OMK, Romo Sule, sapaan akrab Romo Sulaiman Ottor OFM, menegaskan demikian.

SPVC diselenggarakan bukan difokuskan agar OMK menemukan Allah. Tetapi sebagai wujud Gereja peduli pada OMK di masa pandemi ini.

Agar OMK tidak merasa ditinggalkan dan menemukan kepedulian Gereja dalam seluruh aktivitas OMK.

Melalui aktifitas SPVC, Gereja menampilkan wajahnya yang tidak melulu seputar altar.

Suasana berlangsungnya program acara Mobile Legends. (Thomas Aji)

Manjadi Fransiskan

Menurut Romo Sule yang mengutip Ratio Fomationis Franciscanae (Pedoman Pendidikan Fransiskan), ada tiga aspek kedewasaan dalam panggilan hidup seorang Fransiskan yaitu aspek insani, kristiani, dan Fransiskan.

“Untuk dapat menjadi seorang Fransiskan, hendaknya mendewasa melalui perkembangan dan pertumbuhan kodrat insani.

Seperti pria dewasa yang mempunyai kebijakan dalam memanfaatkan bakat-bakat duniawi yang melekat pada jasmani.”

Dipanggil menjadi kudus bukan berarti “lari dari dunia” dengan menjadi seorang rahib pertapa, tetapi melebur ke tengah-tengah dunia.

Dalam bahasa Sri Paus, Gereja dipanggil menjadi kudus. Bukan dengan tampil bersih, tetapi belarasa.

Gereja harus berani kotor untuk membela yang kecil, lemah, miskin, tersisih dan disabilitas.

Selanjutnya, dengan aspek Kristiani seseorang dituntut untuk menyangkal diri, keluar dari kenyamanan diri, untuk memperbarui diri seturut tuntutan zaman sambil mempertahankan iman Katolik secara radikal.

Menjadi Fransiskan berarti hidup dalam pertobatan terus-menerus mengikuti Kristus yang miskin dan tersalib.

Memang tidak mudah memahami, kecuali kita mau mengalami.

Ini sarana, bukan tujuan

Intinya, dalam konteks SPVC yang dimodifikasi menurut kepentingan kita, ini bukan dosa. Karena SPVC adalah sarana, bukan tujuan.

“SPVC tidak menyelamatkan. Hanya iman kepada Kristus yang menyelamatkan,” tuturnya.

Secara tidak langsung, umat dapat melihat peran Allah Roh Kudus yang mengumpulkan setiap pribadi kemudian menghibur dan memberi semangat melalui aktivitas game yang menggembirakan dari tempat masing masing.

Aktifitas SPVC membuktikan Roh Kudus mampu menembus dunia virtual, seolah pandemi Covid-19 bukan sebuah pembatas atau penghalang.

Gembala yang hadir dan mengarahkan agar seluruh aktifitas terarah untuk kemuliaan Allah tak boleh dilupakan. Kehadiran seorang imam menjadi bentuk konkrit gereja yang terlibat.

“Gereja yang peduli atas seluruh aktifitas OMK khususnya SPVC menjadi gambaran bahwa Allah hadir dalam setiap situasi hidup manusia apa pun bentuknya,” tutur Romo Sule OFM.

Artikel ini ditulis oleh Thomas Aji
Artikel asli dapat dibaca di Sesawi.net

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *